Village Trust Membantu Mengurangi Kemiskinan dan Tingkat Pekerjaan: BRIN

Tanpa tata kelola yang baik, desa tidak akan memberikan kontribusi yang baik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Jakarta (Antara) – Penggunaan uang desa telah membantu mengurangi kemiskinan dan pengangguran di desa di tengah pandemi, kata peneliti dari Pusat Riset Ekonomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam media briefing virtual tentang ‘Prospek Ekonomi Indonesia 2022’, diakses dari sini pada hari Kamis, Ferry Bouhira menekankan bahwa “peningkatan tingkat kemiskinan dan pengangguran di desa lebih kecil daripada di kota ‘karena uang’.”

Ia menegaskan, dana tersebut sangat efektif dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran di desa. Ia mencontohkan, total dana yang dikucurkan ke desa selama 2015-2021 sebesar Rp 400,1 triliun.

Dijelaskannya, jumlah desa penerima dana mencapai 82.395 desa pada 2016. Ditambahkannya, jumlah tersebut kemudian bertambah menjadi 83.381 desa.

Buhaira berharap dana tersebut dapat dikelola dengan lebih baik karena masih terdapat beberapa kendala yang menghambat pemanfaatannya. Ia menjelaskan, misalnya, uang rentan disalahgunakan karena elite desa kerap mendominasi pengelolaan uang.

Berita terkait: 71,44% uang desa dihabiskan untuk mengatasi kemiskinan: Menteri

Selain itu, beberapa inisiatif program desa tidak terserap ke dalam musyawarah perencanaan pembangunan nasional.

Apalagi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) belum optimal dalam menerapkan kewirausahaan dan pengelolaan usaha yang baik.

Oleh karena itu, Beheira percaya bahwa untuk mendapatkan keuntungan dari uang desa, diperlukan tata kelola desa yang baik yang menerapkan tata pemerintahan yang baik dan inovasi sosial.

“Tanpa tata pemerintahan yang baik, desa tidak akan memberikan kontribusi yang baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” tambahnya.

Dia mencontohkan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang RAPBN 2022 yang mengatur tentang alokasi dana desa.

Dia mengatakan pemerintah telah mengalokasikan 40 persen dana untuk membantu Bantuan Tunai Desa (BLT), 30 persen untuk Program Ketahanan Pangan, dan 8 persen untuk penanganan COVID-19, sedangkan sisanya dapat digunakan di sektor prioritas lainnya.

Menurut data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Migrasi Tertinggal, 5.621.644 keluarga menerima bantuan BLT.

Berita terkait: Pemerintah mendistribusikan Rs 468,9 triliun ke desa sejak 2015: Kementerian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *