Jokowi menemui pimpinan enam partai tersebut karena keadaan menjadi rumit menjelang pemilu

Jokowi menemui pimpinan enam partai tersebut karena keadaan menjadi rumit menjelang pemilu

Jakarta. Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjadi tuan rumah pertemuan dengan enam pemimpin partai pro-pemerintah di Istana Merdeka di Jakarta pada Selasa malam saat manuver politik semakin intensif menjelang pemilihan, meminta mereka untuk tetap teguh dan bersatu.

Menariknya, tamunya mengklaim pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam itu jauh dari kesan politis.

“Pak Jokowi meminta kita tetap bersatu, menjaga kerukunan, dan terus bekerja sama untuk bangsa,” kata Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Girindra) Prabowo Subianto kepada wartawan sesaat setelah pertemuan tertutup itu.

Pertemuan itu berlangsung tepat sebulan setelah Presiden bertemu dengan pimpinan partai yang sama kecuali Ketua Umum PDI Megawati Soekarnoputri yang saat itu sedang dalam perjalanan ke luar negeri.

Pertemuan sebelumnya membahas gagasan pembentukan Aliansi Besar partai-partai pro-pemerintah untuk pemilihan presiden, tetapi Prabowo membantah bahwa masalah spesifik menjadi agenda kali ini.

Menteri pertahanan mengatakan diskusi panjang itu sebagian besar tentang masalah ekonomi.

“Kalau tidak salah, PDB kita sudah melewati $1,5 triliun dan ekonomi kita adalah yang terbesar ke-16 di dunia dengan peluang bagus untuk naik ke ekonomi terbesar keempat jika kita bisa memanfaatkan situasi ini dengan sebaik-baiknya,” kata Prabowo.

Tiba-tiba, tamu lain juga berbicara tentang masalah ekonomi.

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Mehmet Mardionu berbicara tentang keuntungan demografis, sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengklaim dalam pertemuan itu juga dibahas tentang middle income trap.

Turut hadir Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan Ketua Partai Amanat Nasional Zulkifli Hassan.

Koalisi pro-pemerintah semakin kehilangan relevansinya menjelang pemilu 2024 dan telah terpecah menjadi dua koalisi baru dengan Golkar, Partai Buruh Nasional dan Partai Rakyat Pakistan di satu sisi dan Girendra dan PKK di sisi lain.

PDI-P yang berkuasa memiliki cukup kursi di DPR untuk mencalonkan calon presidennya sendiri tanpa dukungan partai lain, dan hal itu dilakukan dua minggu lalu dengan mengumumkan Gubernur Jawa Tengah Jangar Pranow sebagai calon.

Lebih rumit lagi, PPP mengumumkan dukungannya untuk Qinjar dan mengadakan pertemuan bilateral dengan PDI-P tiga hari sebelumnya.

Prabowo tidak menyembunyikan ambisinya mencalonkan diri sebagai presiden untuk ketiga kalinya untuk menantang Ghanjar dan aliansi dengan PKK bisa memberinya tiket pemilu.

Begitu juga dengan Airlangga yang bisa menjadi pesaing pada 2024 asalkan PAN tetap beraliansi bilateral dengan Golkar pasca hengkangnya PPP.

Airlangga baru-baru ini mengunjungi Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono untuk “menjajaki kemungkinan lain” untuk pilkada.

Partai Demokrat secara luas dipandang sebagai oposisi terhadap pemerintahan Jokowi.

kata-kata utama:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *