IUCAA dan NASA untuk mengembangkan model berbasis AI untuk meramalkan badai matahari

IUCAA dan NASA untuk mengembangkan model berbasis AI untuk meramalkan badai matahari

Suar matahari (@TamithaSkov/Twitter)

suar surya

(@TamithaSkov/Twitter)

Setelah meningkatnya badai matahari, tim peneliti internasional, termasuk dari India, telah bermitra dengan NASA untuk mengembangkan model komputer baru yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan data satelit untuk mengeluarkan peringatan cuaca luar angkasa yang berbahaya.

Para ilmuwan memperkirakan peningkatan badai matahari saat matahari bersiap untuk aktivitas puncak, yang terjadi kira-kira setiap 11 tahun dan diperkirakan akan tiba sekitar tahun 2025.

Efek dari badai magnet ini dapat berkisar dari ringan hingga parah, tetapi di dunia yang semakin bergantung pada teknologi, efeknya lebih mengganggu dari sebelumnya.

Model baru ini menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis pengukuran pesawat ruang angkasa dari angin matahari (aliran material dari matahari yang tiada henti) dan memprediksi di mana badai matahari yang akan datang akan menyerang, di mana saja di Bumi, dengan peringatan dini 30 menit.

Ini dapat memberikan cukup waktu untuk bersiap menghadapi badai ini dan mencegah dampak parah pada jaringan listrik dan infrastruktur penting lainnya.

kata Vishal Upendran dari Pusat Antar-Universitas untuk Astronomi dan Astrofisika (IUCAA) di India.

Tim peneliti di Frontier Development Lab menerapkan metode kecerdasan buatan “pembelajaran mendalam” dan mengembangkan model komputer yang disebut DAGGER (secara resmi, Deep Learning of Geomagnetic Disorder).

DAGGER, yang dirinci dalam jurnal Space Weather, dapat dengan cepat dan akurat memprediksi gangguan geomagnetik di seluruh dunia 30 menit sebelum terjadi. Itu dapat menghasilkan prediksi dalam waktu kurang dari satu detik, dan prediksi diperbarui setiap menit.

Dengan model seperti DAGGER, kata para peneliti, suatu hari nanti akan ada sirene badai matahari yang membunyikan alarm di pembangkit listrik dan pusat kendali satelit di seluruh dunia.

Tim DAGGER menguji model terhadap dua badai magnet yang terjadi pada Agustus 2011 dan Maret 2015. Dalam setiap kasus, DAGGER mampu memprediksi efek badai di seluruh dunia dengan cepat dan akurat.

DAGGER adalah yang pertama menggabungkan analisis AI cepat dengan pengukuran nyata dari luar angkasa dan di seluruh Bumi untuk menghasilkan prakiraan yang sering diperbarui yang cepat dan akurat untuk lokasi di seluruh dunia.

Kode komputer dalam model DAGGER bersifat open source dan, menurut Upendran, dapat diadopsi dengan bantuan operator jaringan listrik, pengontrol satelit, perusahaan telekomunikasi, dan lainnya untuk menerapkan prediksi sesuai kebutuhan mereka sendiri.

Peringatan ini dapat memberi mereka waktu untuk mengambil tindakan untuk melindungi aset dan infrastruktur mereka dari badai matahari yang akan datang, seperti memutuskan sementara sistem sensitif atau memindahkan satelit ke orbit yang berbeda untuk meminimalkan kerusakan.

**

Artikel di atas awalnya diterbitkan dari Wired dengan suntingan minimal pada judul dan teks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *