Kementerian Pendidikan mendesak siswa untuk membantu mengurangi epidemi

Jakarta (Antara) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terus mendorong mahasiswa untuk membantu pemerintah dalam mitigasi bencana, khususnya pandemi COVID-19, kata Nizam, pejabat kementerian tersebut.

“Selama waktu itu, kami mengerahkan 15.000 mahasiswa untuk membantu berkomunikasi, mengedukasi dan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi pandemi ini,” katanya dalam seminar yang diadakan di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya terus mengimbau mahasiswa untuk berinovasi dengan melakukan penelitian terapan yang hasilnya dapat membantu memperbaiki situasi COVID-19.

Ia menyoroti banyak alat dan produk kesehatan yang bisa dibuat oleh mahasiswa seperti respirator, masker, robot dan rapid test.

Berita terkait: Sekitar 68 juta pelajar Indonesia terdampak dampak COVID-19

Nizam mengatakan penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi hingga saat ini telah menghasilkan lebih dari 100 inovasi yang dapat mempercepat penurunan kasus COVID-19 melalui produksi massal.

Dia mencatat, selain penelitian, kementerian mengerahkan mahasiswa untuk memperluas vaksinasi, melakukan mitigasi bencana di berbagai daerah, dan membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pemulihan ekonomi.

“Untuk saat ini kami mengadakan Bellagar Merdeka Campos Merdeka (Kebebasan belajar dan kampus) sebuah program. Salah satu tema intinya adalah pemulihan ekonomi selama pandemi saat ini.”

Ia juga mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Sosial untuk memberikan dana kepada 5.400 siswa untuk membantu pemulihan ekonomi di 540 kabupaten atau kota.

Dia menambahkan, kementerian juga telah menyiapkan platform Kedaireka untuk mengambil kembali Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan mengintegrasikan penelitian mahasiswa dengan pemangku kepentingan.

“Ini salah satu upaya pemulihan ekonomi. Selain pemulihan ekonomi di desa, kita juga ada Wira Desa dan Program Pemberdayaan dan Pembinaan Komprehensif Desa (PHP2D) Kuliah Aksi Nyata (KKN) untuk pembangunan desa yang komprehensif,” tegasnya.

Berita terkait: Pembelajaran tatap muka telah dimulai di 1.471 sekolah di Jawa Barat
Berita terkait: Mahasiswa dan universitas mengatasi tantangan saat pelajaran online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *