Indonesia membutuhkan investasi tahunan $200 miliar selama 2021-2030 untuk dekarbonisasi: pemerintah

JAKARTA, 13 Oktober (Reuters) – Indonesia harus menginvestasikan $150 miliar hingga $200 miliar per tahun dalam program rendah karbon selama sembilan tahun ke depan untuk memenuhi tujuannya nol emisi karbon bersih pada tahun 2060 atau lebih awal, menurut sebuah studi baru pemerintah ditampilkan pada Rabu (13 Oktober).

Indonesia, penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedelapan di dunia, baru-baru ini mendorong targetnya untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih awal, mulai dari tahun 2070 pada awalnya.

Dalam studi Departemen Perencanaan, pihak berwenang menemukan bahwa membentuk kembali ekonomi untuk memenuhi target baru akan menelan biaya $ 20 miliar per tahun pada 2021 dan 2022, dan rata-rata $ 150 hingga 200 miliar per tahun antara 2021 dan 2030 atau 3,4 hingga 4,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Untuk mendanai ini, pemerintah perlu menghapus subsidi bahan bakar fosil dan mengalokasikan kembali beberapa investasi, di atas hasil dari pajak karbon yang baru saja disahkan, kata laporan itu.

Dengan memotong subsidi untuk bahan bakar fosil dan mengatur perdagangan karbon, pemerintah dapat mencapai penghematan atau pendapatan baru sebesar 2,2 persen dari PDB pada tahun 2030.

“Sebagian dari pendapatan ini akan digunakan untuk program perlindungan sosial dan investasi lain untuk memastikan transisi yang adil, tetapi sisanya dapat mendanai infrastruktur hijau,” kata laporan itu.

Pihak berwenang juga mengharapkan pendanaan dari REDD+ dan donor bilateral dan multilateral utama, asalkan Indonesia berhasil memulihkan dan melindungi hutan, lahan gambut dan bakaunya, dan memanfaatkan pendanaan dari Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, dan pemberi pinjaman multilateral lainnya.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa Indonesia perlu menarik investasi sektor swasta dalam pembangkit listrik terbarukan, sementara konsumsi listrik akan meningkat tiga kali lipat, mencapai 9,3 terajoule pada tahun 2060.

“Intervensi di bidang energi, teknologi kendaraan listrik, efisiensi energi, pemanfaatan lahan berkelanjutan dan pengelolaan sampah dapat menciptakan 1,8 hingga 2,7 juta lapangan kerja pada 2030,” kata Arifin Rudiyanto, Wakil Menteri Perencanaan, saat laporan tersebut disajikan secara virtual.

Indonesia harus mencapai tujuannya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 dengan berinvestasi dalam dekarbonisasi, dibandingkan dengan memperkirakan kontraksi PDB di bawah pendekatan bisnis seperti biasa karena efek perubahan iklim, katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *