Ribuan orang memprotes di Paris terhadap pelanggaran hak asasi manusia China di Xinjiang

PARIS: Lebih dari 2000 orang berkumpul di Paris dan berdemonstrasi menentang pelanggaran hak yang terus berlanjut oleh orang-orang Uyghur di Xinjiang dari Partai Komunis China (PKC).
Aksi unjuk rasa tersebut diselenggarakan oleh beberapa orang Uighur Organisasi seperti Kongres Uyghur Dunia dan Institut Uyghur Eropa. Ratusan pemuda Uighur yang telah melakukan perjalanan dari berbagai negara Eropa mengambil bagian dalam protes, serta tokoh masyarakat seperti Raphael Glucksmann, Anggota Parlemen Eropa (MEP) dan aktris Prancis Lucie Lucas.
Para demonstran berbaris dari Bastille Square ke Place de ka Republique, meneriakkan slogan-slogan “Genosida sedang berlangsung” dan “Selamatkan Uyghur” dan membawa spanduk dan bendera Turkestan Timur. Dalam pidato tersebut, masyarakat internasional diminta untuk mencabut semua perjanjian antara Uni Eropa dan China serta memboikot Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing.
Selain itu, banyak pembicara mengecam keterlibatan perusahaan fashion multinasional seperti Zara, Hugo Boss dan Uniqlo yang terus membeli produk kerja paksa buatan Uighur.
Pada hari yang sama, LSM “SumofUs”, bekerja sama dengan Kongres Uyghur Dunia, memprotes di depan kapal Zara di Champs-Elysees di Paris terhadap bahan pengadaan merek dari China, yang digunakan pekerja Uyghur. Protes ini, yang bertepatan dengan Paris Fashion Week, dimaksudkan untuk menarik perhatian merek fesyen lain untuk membeli barang dari Xinjiang.
Assal Khamraeva-Aubert, perwakilan Kongres Uighur Dunia di Prancis dan salah satu penyelenggara acara, meminta pemerintah Prancis untuk berhenti mengimpor produk dari Xinjiang yang dibuat di bawah kerja paksa Uighur. Dia menambahkan bahwa WUC berharap bahwa selain mengakui genosida Uyghur, yang akan menjadi “kemenangan simbolis”, efek pada “tingkat ekonomi” juga penting.
Ibrahim Bechrouri, manajer kampanye SumOfUs, memperingatkan bahwa protes serupa sedang diselenggarakan di ibu kota Eropa lainnya, termasuk Spanyol.
Beberapa demonstran merinci tuntutan gerakan itu, khususnya “pembatalan perjanjian yang ditandatangani antara Uni Eropa dan China, tetapi juga pembatalan Olimpiade di Beijing pada 2022” karena “pembantaian” orang Uyghur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *