Rencana mempekerjakan orang asing untuk mengawasi pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, menuai kritik

Rencana mempekerjakan orang asing untuk mengawasi pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, menuai kritik

Keahlian lokal tidak boleh didiskreditkan: politisi PDI-P

Di bawah Tuan Pengumuman Pandjaitan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan rencana untuk mempekerjakan pengawas asing, Nusyirwan Soejono dari PDI-P mengatakan bahwa profesionalisme orang Indonesia tidak boleh didiskreditkan.

Politisi itu mengatakan bahwa orang Indonesia mampu membangun dan mengawasi infrastruktur penting seperti jalan dan bangunan.

“Jadi kalau mengajak asing untuk mengawasi[pembangunan ibu kota]itu mendiskreditkan keahlian para profesional di sini,” kata Ketua Bidang Perindustrian, Ketenagakerjaan, dan Jaminan Sosial PDI-P, Soejono.

Dia menambahkan, karena Nusantara akan menjadi ibu kota baru negara, ada aspek keamanan dari bangunan-bangunan utama – seperti istana presiden – yang sebaiknya diserahkan kepada Indonesia.

Pembangunan Nusantara di Kalimantan akan diselesaikan dalam beberapa tahap.

Fase pertama – yang terdiri dari pembangunan istana, beberapa kementerian dan infrastruktur dasar seperti jalan dan perumahan – diharapkan akan selesai pada tahun 2024, tahun terakhir Jokowi menjabat.

Tahap akhir pembangunan Nusantara dijadwalkan selesai tepat pada peringatan 100 tahun Indonesia pada 2045, dengan ibu kota baru terhubung dengan kota-kota sekitarnya seperti Balikpapan dan Samarinda.

Pada tanggal 12 Juni, Tn Pandjaitan membela pendiriannya dengan mengatakan kualitas tenaga kerja di Indonesia sudah baik tetapi mereka harus bisa belajar dari “ahli yang terampil”.

“Kita tidak boleh malu, kita tidak boleh merasa rendah diri. Tapi jika kita tidak bisa, maka belajarlah.

“Mungkin dalam enam bulan, mungkin dalam satu tahun… agar kualitas bangunan kita jauh lebih baik,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Widodo mengatakan dia telah diusulkan untuk menggunakan regulator asing untuk mempercepat pembangunan ibu kota baru.

“Nah, kalau hanya satu atau dua, lalu siapa yang bisa mengarahkan, mengontrol, dan mengawasi agar kualitasnya bagus, kenapa tidak?” kata Pak Widodo pekan lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *