Konglomerat Indonesia ingin menambah modal Garuda setelah restrukturisasi

JAKARTA: Pengusaha miliarder Indonesia Chairul Tanjung mengatakan Selasa bahwa ia akan meninggalkan investasinya di maskapai Garuda Indonesia yang sedang sakit setelah maskapai menyelesaikan penjadwalan ulang peradilan.

Pengumuman itu muncul ketika pemerintah meminta kejaksaan untuk memulai penyelidikan transplantasi ke beberapa sewa pesawat Garuda.

Garuda yang terpukul akibat anjloknya lalu lintas udara selama pandemi COVID-19, saat ini sedang menjalani judicial reschedule atas utang yang belum terbayar.

“Kami berharap proses (pengadilan) segera selesai,” kata Tanjung dalam konferensi pers yang disiarkan oleh salah satu perusahaan medianya.

“Kalau sudah selesai, rencana kami akan menambah modal untuk memperkuat (Garuda),” ujarnya tanpa merinci.

Pengusaha tersebut merupakan pemegang saham terbesar kedua Garuda setelah pemerintah dan memegang 28,3% saham melalui PT Trans Airways.

Garuda mengklaim memiliki total outstanding utang sebesar US$ 9,8 miliar. Kantor berita Antara yang dikelola negara melaporkan bahwa pengadilan telah menerima $ 13,8 miliar dalam klaim yang akan ditinjau pada 19 Januari.

Secara terpisah, Menteri Negara BUMN Erick Thohir pada Selasa menyerahkan surat pemeriksaan kepada Kejaksaan Agung yang diyakininya sebagai indikasi pelanggaran dalam sewa pesawat ATR 72-600 Garuda.

“Berdasarkan data yang valid, kami mengetahui ada indikasi korupsi dalam proses pengadaan pesawat, leasing dan berbagai merek,” kata Erick.

Garuda mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan membantu dalam proses penyelidikan. Maskapai ini memiliki 13 pesawat ATR 72-600.

Pabrikan turboprop Prancis-Italia ATR tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Garuda sebelumnya terlibat dalam beberapa skandal transplantasi. Pada November 2020, Kantor Penipuan Serius Inggris mengumumkan penyelidikan terhadap Bombardier Kanada atas dugaan suap dalam penjualan ke Garuda.

Mantan Dirut Garuda Emirsyah Satar divonis delapan tahun penjara pada 2020 https://www.reuters.com/article/us-garuda-indonesia-court-idUKKBN22K1YV atas kasus suap dan pencucian uang terkait pengadaan pesawat dan mesin dari Airbus dan Rolls Royce.

Para eksekutif Garuda saat ini sedang mencoba untuk menegosiasikan kembali tarif sewa di dalam dan di luar pengadilan dengan lessor yang mereka yakini lebih tinggi dari tarif maskapai lain.

Erick mengatakan penyelidikan apa pun terhadap perjanjian sewa tidak boleh mempengaruhi proses hukum, karena pihak berwenang telah mengidentifikasi lessor yang dicurigai terlibat dalam transplantasi.

(Laporan oleh Bernadette Christina Munthe dan Gayatri Suroyo; penyuntingan oleh Ed Davies)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *