Indonesia mencatat surplus perdagangan Rp 10,37 triliun dengan Swiss

Jakarta (Antara) – Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar Rp 10,37 triliun dengan Swiss pada semester I 2021, menurut KBRI Bern.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, KBRI menyatakan bahwa selama semester I 2021 ekspor komoditas Indonesia ke Swiss meningkat, tidak termasuk logam mulia, perhiasan, dan batu mulia.

Ekspor logam mulia, perhiasan, dan batu permata turun signifikan menjadi Rp 9,58 triliun pada paruh pertama tahun 2021, dari Rp 14,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan tersebut membawa surplus perdagangan menjadi Rp 10,37 triliun selama periode Januari-Juni 2021, dari Rp 13,03 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, ekspor minyak atsiri, furnitur, kain rajutan dan alas kaki meningkat signifikan masing-masing sebesar 36 persen, 22 persen, 17 persen, dan 15 persen.

Ekspor 10 komoditas utama Indonesia ke Swiss antara lain logam mulia, perhiasan/batu permata, alas kaki, bukan tenunan, bukan tenunan, peralatan listrik, furnitur, kopi, minyak atsiri, mesin turbin dan suku cadangnya, serta bahan kimia organik.

KBRI mencatat, pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap surplus perdagangan pada semester I 2021. Swiss telah melonggarkan kebijakan pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial sejak 26 Juni 2021.

Berita terkait: Kemendagri dorong peningkatan ekspor ikan ke Timur Tengah

Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) mencatat bahwa pelonggaran pembatasan kegiatan ekonomi dan sosial telah mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

SECO memperkirakan PDB Swiss akan naik 3,6% pada tahun 2021 dibandingkan dengan perkiraannya sebesar 3% pada Maret 2021.

Ekonomi Swiss diperkirakan akan tumbuh positif hingga akhir tahun 2021 setelah mengalami kontraksi sebesar 0,5% pada kuartal pertama tahun 2021. Ekonomi Swiss mengalami kontraksi sebesar 2,9% tahun lalu.

Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliman Haddad mengharapkan perdagangan kedua negara terus meningkat pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini.

Haddad mencatat, aktivitas publik di Swiss akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi, sehingga meningkatkan permintaan negara akan produk Indonesia.

Hubungan antara Indonesia dan Swiss terus diintensifkan, termasuk hubungan antar pemerintah, antara perusahaan dengan individu, dan hubungan antar manusia.

Tahun ini, Indonesia dan Swiss akan merayakan tujuh dekade hubungan bilateral. Kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1951.

Swiss adalah investor terbesar kedua di Eropa. Ini adalah salah satu dari 10 investor teratas di Indonesia, dengan nilai investasi US$469,5 juta (6,7 triliun rupiah) pada paruh pertama tahun 2021.

Berita terkait: Ekspor barang manufaktur Indonesia meningkat pada paruh pertama tahun 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *