Ekonomi bukan satu-satunya pilar skala sumber daya laut: KNTI

Skala sumber daya laut harus memperhitungkan setidaknya tiga variabel utama ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Jakarta (Antara) – Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyatakan, sejumlah pilar yang akan menjadi basis dalam skala sumber daya laut tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomi.

“Volume sumber daya laut setidaknya harus memperhatikan tiga variabel utama ekonomi, lingkungan, dan masyarakat,” kata Direktur Utama KNTI Danny Setiawan di Jakarta, Rabu.

Jelas, pemanfaatan sumber daya laut harus memasukkan variabel ekonomi untuk memajukan sektor ini, menurut Situwan.

Namun, dalam variabel ekonomi, kesejahteraan ekonomi nelayan serta akses nelayan skala kecil ke sumber daya laut juga harus diperhitungkan.

Sedangkan variabel lingkungan mengacu pada kesehatan laut, keberlanjutan sumber daya dan dampak lingkungan dari aktivitas di dunia laut dan pantai.

Berita terkait: Pemerintah dorong pengelolaan sampah melalui media film

Terakhir, variabel sosial paling tidak mencakup indikator kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir, ketimpangan antara sektor pesisir dan sektor terkurung daratan, serta penciptaan lapangan kerja dan kegiatan di sektor-sektor tersebut, menurut Setiawan.

Sebelumnya diberitakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang merancang skala sumber daya laut untuk mendukung investasi berkelanjutan yang sedang diupayakan pemerintah di beberapa daerah di Indonesia.

Pj Dirjen Departemen Oseanografi Kementerian (PRL) Bamoji Lestari menjelaskan, Ocean Resources Scale merupakan alat untuk mengukur keadaan sumber daya laut Indonesia secara berkala dan untuk mengukur dampak investasi terhadap aset laut Indonesia.

Berita terkait: Mempromosikan pemetaan laut dalam penting untuk pengembangan pelabuhan: BPPT

Ia menjelaskan, kebutuhan untuk merancang skala sumber daya laut menjadi mendesak setelah penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang penciptaan lapangan kerja untuk mendorong kegiatan investasi.

Skala Sumber Daya Kelautan yang dirumuskan bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS), juga merupakan skala pertama yang dilakukan di Indonesia.

Lestari menjelaskan, “Ocean Resource Scale merupakan salah satu alat ukur yang akurat karena dapat menghitung nilai ekonomi terhadap potensi kerugian lingkungan yang juga dikenal sebagai nilai ekonomi suatu investasi.”

Berita terkait: PON bisa pimpin sektor nontambang Papua: BI

Berita terkait: Kementan dukung pengembangan bibit stevia di Sulut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *